BAHAN SKRIPSI
Cara Penularan
Sumber penularan adalah penderita Tuberkulosis BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin, penderita membuatkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yg mengandung kuman dapat bertahan pada udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang bisa terinfeksi jikalau droplet tersebut terhirup kedalam saluran pernafasan, kuman Tuberkulosis tadi bisa menyebar menurut paru ke bagian tubuh lainnya, melalui sistem aliran darah, sistem saluran limfe, saluran nafas, atau penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya.
Daya penularan berdasarkan seseorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yg dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak negatip (nir terlihat kuman), maka penderita tadi dipercaya nir menular.
Kemungkinan seorang terinfeksi Tuberkulosis ditentukan sang konsentrasi droplet dalam udara serta lamanya menghirup udara tersebut. Faktor yg mempengaruhi kemungkinan seorang sebagai penderita Tuberkulosis merupakan daya tahan tubuh yang rendah, diantarannya gizi tidak baik atau HIV/AIDS.
Penemuan Penderita Tuberkulosis Pada Orang Dewasa
Penemuan penderita Tuberkulosis dilakukan secara pasif, ialah penjaringan tersangka penderita dilaksanakan dalam mereka yang datang berkunjung ke unit pelayanan kesehatan. Penemuan secara pasif tersebut didukung dengan penyuluhan secara aktif, baik oleh petugas kesehatan juga rakyat, buat menaikkan cakupan inovasi tersangka penderita. Cara ini biasa dikenal menggunakan sebutan passive promotive case finding (penemuan penderita secara pasif dengan kenaikan pangkat aktif).
Selain itu, seluruh kontak penderita Tuberkulosis BTA positif menggunakan gejala sama, harus diperiksa dahaknya. Seorang petugas kesehatan diperlukan menemukan tersangka penderita sedini mungkin, mengingat Tuberkulosis merupakan penyakit menular yg bisa menyebabkan kematian. Semua tersangka penderita wajib diperiksa 3 spesimen dahak pada saat dua hari berturut-turut, yaitu sewaktu-pagi-sewaktu (SPS).
Diagnosis Tuberkulosis Pada Orang Dewasa
Diagnosis Tuberkulosis pada orang dewasa dapat ditegakkan menggunakan ditemukannya BTA dalam inspeksi dahak secara mikroskopis. Hasil pemeriksaan di nyatakan positif jika sedikitnya 2 3 spesimen SPS BTA hasilnya positif.
Bila hanya 1 yang positif perlu diadakan pemeriksaan lebih lanjut yaitu foto rontgen dada atau pemeriksaan dahak SPS pada ulang.
Kalau output rontgen mendukung Tuberkulosis, maka penderita didiagnosis sebagai penderita Tuberkulosis BTA positif.
Kalau output rontgen nir mendukung Tuberkulosis, maka inspeksi dahak SPS diulangi
Apabila fasilitas memungkinkan, maka bisa dilakukan inspeksi lain, contohnya biakan. Bila ketiga spesimen dahak hasilnya negatif, diberikan antibiotik spektrum luas (misalnya kotrimoksasol atau Amoksisilin) selama 1 – dua minggu. Bila tidak ada perubahan, namun tanda-tanda klinis tetap mencurigakan Tuberkulosis, ulangi inspeksi dahak SPS.
- Kalau output SPS positif, didiagnosis menjadi penderita Tuberkulosis BTA positif.
- Kalau output SPS tetap negatif, lakukan inspeksi foto rontgen dada, buat mendukung penaksiran Tuberkulosis.
- Bila output rontgen mendukungTuberkulosis, didiagnosis sebagai penderita Tuberkulosis BTA negatif Rontgen positif.
- Bila hasil rontgen tidak mendukung Tuberkulosis , penderita tadi bukan Tuberkulosis .
UPK yg tidak mempunyai fasilitas rontgen, penderita dapat di rujuk buat foto rontgen dada. Di Indonesia pada waktu ini, uji tuberkulin nir mempunyai arti dalam menentukan diagnosis Tuberkulosis pada orang dewasa, sebab sebagian besar rakyat telah terinfeksi menggunakan Mycrobacterium tuberculosis lantaran tingginya prevalensi Tuberkulosis. Suatu uji tuberkulin positif hanya memberitahuakn bahwa yg bersangkutan pernah terpapar dengan Mycobacterium tuberculosis. Dilain pihak, output uji tuberkulin dapat negatif meskipun orang tadi menderita Tuberkulosis, misalnya pada penderita HIV/AIDS, malnutrisi berat, Tuberkulosis milier serta morbili.
Tentang-soal.