MEMAHAMI PENGERTIAN DAN JENIS PARAGRAF

Duniaadsense91 - Dalam menulis sesuatu baik menulis pada cerpen, opini buat surat fakta, menulis dalam paper ilmiah serta pula goresan pena pada majalah, kita menjumpai adanya paragraf. Nah dalam pembahasan tentang ilmu kali ini, kita akan mengupas mengenai definisi paragraf beserta jenis-jenis paragraf.

Bisa dipastikan kita seluruh mengetahui dalam sebuah goresan pena bagian mana yang dianggap menggunakan paragraf. Apalagi kita sudah diajarkan berdasarkan semenjak Sekolah Dasar mengenai cara mengarang menggunakan menyusun kalimat dalam beberapa paragraf. Edisi pembahasan tentang ilmu kali ini akan mengingatkan balik mengenai pengertian paragraf, fungsi paragraf serta jenis-jenis paragraf.

Pengertian Paragraf

Pengertian paragraf dari bbi.kemdikbud.go.id[1] adalah bagian bab pada suatu karangan (umumnya mengandung satu ide pokok dan penulisannya dimulai menggunakan garis baru). Istilah paragraf dikenal juga menggunakan istilah alinea atau gugus kalimat.

Jika kita menyelidiki definisi paragraf menurut literatur lainnya, bisa jadi diuraikan dengan kalimat yang tidak sama. Tetapi pada pada dasarnya sebuah paragraf itu terdiri menurut sebuah kalimat atau beberapa kalimat yg mengandung sebuah pokok gagasan atau wangsit pemikiran.

Fungsi Paragraf

Kita menyusun sebuah ide atau gagasan dalam kalimat yg membangun sebuah paragraf. Lalu pertanyaannya kenapa wajib pada bentuk paragraf. Pertanyaan tersebut dapat kita artikan juga : Apa fungsi paragraf ?.

Ada satu ulasan menarik dari Lingua Pragmatic mengenai fungsi paragraf yang dibagi menurut sudut penulis dan sudut pembaca. Fungsi paragraf menurut Lingua Pragmatica[2] merupakan :
Dari Sudut Penulis
  1. Paragraf menjadi wadah untuk mengungkapkan unit buah pikiran penulis. Seperti menjahit baju, penjahit perlu menjahit bagian lengan dulu, lalu bagian punggung, bagian depan, bagian leher, serta bagian saku. Keseluruhan yg dibuat itu buat menghasilkan niat semula, yaitu selembar baju. Demikian jua seorang penulis. Untuk menyampaikan buah pikirannya, penulis perlu me­nyampaikannya sedikit demi sedikit, yaitu setiap unit butir pikiran ditulis dalam sebuah paragraf. Bila berpindah ke unit buah pikiran lain, penulis menyampaikannya melalui paragraf baru. Paragraf-paragraf yang berisi unit-unit buah pikiran itu secara bersama-sama mendukung holistik butir pikiran yang akan disampaikan penulis. Bila tidak diatur paragraf per paragraf, berarti penulis wajib me­nuangkan butir pikirannya sekaligus. Hal ini tentu membuat penulis mengalami poly kesulitan. Sebalik­nya, menggunakan adanya wadah berupa paragraf itu penulis dengan mudah bisa menuangkan unit-unit butir pikir­annya.
  2. Penulis dapat membicarakan buah pikirannya secara teratur dan runtut. Dengan "wadah" berupa paragraf-paragraf itu, penulis bisa memisahkan tiap-tiap unit pikirannya dan tidak akan campur aduk rata dengan unit pikir­annya yg lain. Dengan demikian, alur jalan pikirannya akan semakin jelas.
  3. Penulis nir lekas lelah dalam upaya menuntaskan tulisannya. Ibarat mendaki tangga, pendaki akan cepat mengalami kelelahan jika mendaki monoton tanpa henti. Itulah sebabnya, anak tangga berdasarkan lantai satu ke lantai 2, contohnya, selalu terdapat bidang datar (biasanya pada belokan) tempat pendaki beristirahat sejenak. Demikian pula penulis. Dengan adanya paragraf-paragraf itu, penulis bisa berhenti sejenak dalam akhir paragraf, kemudian melanjut­kan menulis unit pikiran berikutnya. Itulah sebabnya, penulis yang ingin beristirahat selalu mengakhiri goresan pena­nya pada akhir paragraf. Bila hendak melanjutkan lagi, beliau selalu memulai dengan paragraf baru.
  4. Dalam holistik goresan pena/karangan, paragraf bisa dimanfaatkan sebagai pengantar, transisi, atau kesimpulan. Sebagai pengantar, paragraf itu memberi tahu serta meng­arahkan pikiran pembaca ke perkara yg akan dibahas. Sebagai transisi, paragraf berfungsi membelokkan pikiran pembaca berdasarkan satu perkara ke masalah lain. Selanjutnya, paragraf pula acapkali dipakai buat menyimpulkan utama-utama pikiran yg sudah diuraikan.

Dari Sudut Pembaca
  1. Pembaca bisa menangkap butir pikiran penulis menggunakan mudah karena buah pikiran itu disampaikan unit per unit. Kemudahan itu sangat dirasakan bila kalimat-kalimat dalam paragraf itu tidak terlalu poly. Apabila terlalu poly, pembaca mengalami kesulitan menangkap inti unit buah pikiran pembaca. Sebaliknya, jika paragraf terdiri atas 3, 2, atau mungkin satu kalimat, pikiran pembaca akan meloncat-loncat. Pembaca akan cepat bosan, bahkan mungkin menjadi jengkel.
  2. Memudahkan pembaca "menikmati" tulisan. Ibarat makan nasi goreng satu piring, kita nir menghabiskan sekaligus, namun sesendok demi sesendok. Setelah menelan satu sendok, kita mulai lagi mengunyah satu sendok berikut­nya. Dari menikmati sesendok demi sesendok itu lambat laun nasi goreng satu piring habis. Demikian juga pembaca. Setelah membaca satu paragraf, pembaca dapat me­mahami serta menikmati sebuah unit butir pikiran, kemudian menikmati buah pikiran dalam paragraf berikutnya. Dengan menikmati paragraf demi paragraf itu, lambat laun pembaca dapat menghabiskan goresan pena dalam satu kitab .
  3. Pembaca tidak lekas lelah. Seandainya tulisan nir dibagi paragraf per paragraf, pembaca seolah-olah dipaksa mem­baca berdasarkan awal hingga akhir. Tentu saja pembaca akan terengah-engah serta belia lelah. Sebaliknya dengan terdapat­nya paragraf-paragraf itu, pembaca bisa berhenti beberapa ketika dalam akhir paragraf sembari memahami, menafsirkan, atau menyimpulkan isi paragraf. Selain ber­istirahat sejenak, pembaca bisa menyiapkan pikirannya buat mendapat unit butir pikiran baru yg tersaji pada paragraf berikutnya. Dengan cara misalnya itu pembaca dapat mengikuti alur buah pikiran penulis menggunakan cara yang mudah serta menyenangkan.

Ciri-Ciri Paragraf

Dalam sebuah paragraf kita dapat menemukan beberapa ciri yang menjadi ciri pembeda antara satu paragraf dengan paragraf lainnya. Berikut ini adalah karakteristik-karakteristik paragraf :
  • Dalam paragraf kita akan menemukan kalimat primer dan kalimat penjelas
  • Posisi kalimat awal dalam memulai paragraf baru menjorok kedalam serta berbentuk baris
  • Adanya rekanan antara kalimat primer dan kalimat penjelas
  • Terdapat keterpaduan tentang maksud serta tujuan yang menjelaskan satu makna.

Jenis-Jenis Paragraf

Kita dapat membedakan atau mengelompokkan paragraf dari bentuknya. Maksud berdasarkan sisi bentuk merupakan letak atau posisi kalimat utamanya. Dengan demikian, berdasarkan posisi kalimat utamanya, jenis-jenis paragraf dibagia menjadi :
  • Paragraf deduktif
    Paragraf yg kalimat utamanya  atau gagasa pokoknya terletak pada awal paragraf , lalu diikuti sang kalimat penjelas buat menguraikan atau menjabar maksud menurut kalimat primer.
  • Paragraf induktif
    Paragraf Induktif kebalikan berdasarkan paragraf induktif. Gagasan utama atau kalimat utamanya terdapat pada bagian akhir, sedangkan kalimat uraiaan atau penjabarannya kita temui pada awal-awal paragraf.
  • Paragraf adonan
    Paragraf adonan adalah paragraf yang mengandung kalimat utama pada awal paragraf dan juga ditemukan kalimat utama pada akhir paragraf. Biasanya kalimat utama yang terletak diakhir paragraf merupakan bagian penegasan terhadap kalimat utama di awal paragraf.

Kita juga bisa membedakan paragraf dari tujuannya. Maksud berdasarkan tujuannya merupakan isi cerita dari paragraf yang kita bentuk. Jenis-jenis paragraf dari pembagian terstruktur mengenai tujuan atau isinya dibagi sebagai :
  1. Paragraf Narasi
    Paragraf narasi adalah sebuah paragraf yang menceritakan suatu peristiwa yang dijabarkan secara berurut, seperti kita sedang menjelaskan sesuatu kepada orang lain secara eksklusif. Paragraf ini berfungsi buat menghibur para pembacanya.
  2. Paragraf Argumentasi
    Paragraf argumentasi ialah paragraf yang berisikan uraian mengenai pandangan-pandangan eksklusif yang bertujuan buat meyakinkan para pembaca sampai pembaca bisa mendapat gagasan menurut oleh penulis.
  3. Paragraf Persuasi
    Paragraf persuasi adalah sebuah paragraf yg berisi ajakan atau himbauan yang ditujuakan pada para pembacanya. Sama hal menggunakan paragraf argumentasi yang bertujuan untuk meyakinkan  pembacanya, tetapi pada paragraf persuasi umumnya masih ada kalimat-kalimat yang lebih menarik yang bertutjuan buat mebujuk pembaca.
  4. Paragraf Eksposisi
    Paragraf yang isinya bersifat menginformasikan sesuatu sehingga pembaca akan bertambah wawasannya.
  5. Paragraf Deskripsi
    Paragraf yang menjbarkan sebuah pokok pikiran dengan memakai sebuah objek menggunakan tujuan pembaca seolah-olah pembaca bisa melihat, mendengar, atau merasa objek yg digambarkan itu. Objek yang dideskripsikan dapat berupa orang, benda, atau tempat

Referensi
  1. KBBI Daring , "pa.ra.graf", [online], (//kbbi.kemdikbud.go.id/entri/paragraf, diakses tanggal 14/1/20170.
  2. LINGUA PRAGMATICA, "Arti dan Fungsi Paragraf", [online], (//indo-lingua.blogspot.com/2013/08/arti-dan-fungsi-paragraf.html, diakses lepas 14/1/2017).